“they come too fast, and they pass too slow …”
All I Know – Five for Fighting
Kalau bukan karena sms dari teman lama, saya kini mungkin sudah tertidur lelap.
tea, gw udah mengakhiri rasa galau gw...
Sejenak saya gak ngeh apa maksud dari si Zelig. Tapi otak saya berfikir cepat apa maksud sms Zelig ini. Sampai akhirnya, kira-kira lima menit kemudian (lama yah) saya menemukan benang merahnya (takut dimarahin dalang :p).
Dua tahun yang lalu...
Zelig dan Chiripa (panggilan sayang Zelig ke pacarnya).
Beberapa bulan yang lalu...
Zelig merasa benar-benar yakin dengan Chiripa. Pun Chiripa. Zelig sudah membeli cincin cantik yang akan ia berikan pada Chiripa ketika makan malam yang sudah mereka rancang sebelumnya. Ya, Zelig akan melamar Chiripa.
Kira-kira... lima belas menit sebelum melamar Chiripa...
Chiripa cantik malam itu. Dia memang cantik. Tapi malam itu dia sangaaat cantik. Setidaknya begitu kata Zelig. Zelig sangat mengagumi Chiripa yang lembut dan cerdas. Zelig selalu menginginkan Chripa menjadi pendamping hidupnya dan ibu untuk anak-anak mereka kelak. Selama dua tahun perjalanan mereka, Zelig tidak pernah macam-macam (untuk hal ini saya tahu).
Ketika penggalan cerita masa-masa lampau mereka memenuhi ruang fikir Zelig, tiba-tiba saja seperti ada yang menekan tombol stop sehingga semuanya berhenti tiba-tiba.
Pun keinginan untuk menjadi muhrim bagi Chiripa.
Zelig menyentuh kotak mungil beludru berisi cincin yang akan ia berikab pada Chiripa, yang tersimpan tenang di dalam sakunya. Sambil berharap menemukan jawaban atas semua yang terhenti. Galau pun tercipta.
Zelig menginginkan Chiripa menjadi sahabatnya saja. Bukan teman. Tetapi sahabat. Benar-benar sahabat.
Alhasil malam itu, hanya menjadi "makan malam biasa" untuk mereka berdua.
Kini...
Setelah melewati masa-masa berat pasca makan malam itu, Zelig mengakhiri kegalauannya dengan menjadikan Chiripa sahabat. Cincinnya tetap Zelig berikan pada Chiripa. Cincin persahabatan, kata Zelig.
Saya jadi gak bisa tidur. Saya keluar rumah dan berdiri di halaman mungil rumah saya. Menatap langit yang kelam dan kosong.
Saya tahu, Zelig bahagia sekarang karena dia sudah berani mengakhiri galau yang mengganggunya. Menyiksanya. Tentunya dengan banyak pertimbangan. Masa-masa galau Zelig bisa dikatakan adalah langit malamnya yang kosong. Langit itu menunggu sesuatu untuk mengisinya. Bisa bulan. Bisa bulan dan bintang. Bisa bintang saja. Atau tetap kosong.
Saya sendiri?
Perjalanan untuk mengakhiri adalah sesuatu yang personal. Semuanya tergantung dari kita sendiri. Hanya kita yang tahu kapan saat untuk mengakhiri itu tiba...
Saya mengangkat tangan kanan saya. Dengan jari telunjuk, saya menuliskan kalimat tak kasat mata di langit yang kosong itu:
They say in the darkest night
There's a light beyond*
http://ceritatea.blogspot.com
*All I Know – Five for Fighting