Monday, March 2, 2009

Not So Artificial As Many Hollywood Movie


Selera film saya aneh kata mama dan papa saya. Setiap kali sewa VCD/DVD kami bagaikan dua aliran. Orang tua saya aliran film-film yang "tidak banyak ngomong" sedangkan saya, menurut mereka, adalah aliran film-film yang "sepi" hahahaha....

Well, saya penikmat drama. Drama romantis. Drama komedi romantis. Sebenarnya gada salahnya. Ini hanya masalah selera saja. Jadi ingat untuk pertama kalinya setelah tujuh tahun tidan nonton film di bioskop bareng sama orang tua saya, mama saya tertidur ketika kami nonton Valkyrie ^ ^' Baru bener-bener "melek" pas sang colonel dan ajudannya yang setia itu akan melancarkan operasi pengeboman ketika rapat bersama Hitler berlangsung sampai akhirnya semua yang terlibat dalam operasi Valkyrie itu dieksekusi.

"Awal-awalnya bikin ngantuk... ngomong melulu" kata mama.

Lain lagi dengan papa. Beliau bisa "diajak kerjasama" dalam beberepa genre film. Jelas sekali kalau mama sukanya sama yang action polll hehehe....

Kemarin malam, setelah kami (saya dan orang tua saya) selesai makan malam, kami sengaja menyambangi Ultra Disc, tempat rental VCD/DVD langganan yang letaknya di ruko depan komplek. Saya jatuh hati pada Once sejak pertama melihatnya. Ok, memang so yesterday sih film nya, tapi bukan masalah. Film berbudget rendah ini memang benar-benar mencuri hati saya semenjak awal film hingga akhir. Pride and Prejudice. Film romantis yang tidak melukiskan perasaan cinta melalui adegan ranjang dan french kiss yang tak jarang membuat saya jengah.

Adalah seorang pemuda tanpa nama (Glen Hansard) yang berprofesi sebagai pencipta lagu, pemain gitar, dan penyanyi yang selalu tampil di Grafton Street, sebuah pusat perbelanjaan di Dublin, yang dibuat jengah oleh seorang perempuan imigran dari Czech (Marketa Irglova) dengan pertanyaan-pertanyaannya yang tidak penting. Mereka berdua bertemu di suatu senja yang biasa saja, di waktu ketika si pemuda itu memainkan dan menyanyikan lagu-lagu ciptaannya sendiri. Ketika siang hari, si pemuda menyanyikan lagu-lagu yang bukan ciptaannya. Dia butuh uang. Orang-orang akan berhenti, mendengarkan, dan memberinya uang hanya ketika dia menyanyikan lagu-lagu yang familier.

Si perempuan ternyata mahir bermain piano. Dia sering meminjam piano di suatu toko musik. Di toko itu lah pertama kali si pemuda dan si perempuan bermain bersama. Mereka memainkan lagu Falling Slowly. Si pemuda dengan gitarnya, si perempuan dengan pianonya. Mereka berduet.

Romantika antara si pemuda dan si perempuan memang tidak digambarkan dengan menggebu. Perasaan antara keduanya bisa saya rasakan sendiri. Saya yakin, mereka atau mungkin kamu yang sudah menonton Once juga merasakan perasaan romantisme antara si pemuda dan si perempuan, walau mereka tidak menampilkannya secara terang-terangan.

Hanya diceritakan dengan jelas bahwa si pemuda adalah seseorang yang patah hati. Selama sepuluh tahun mencitai seorang gadis asli Irlandia, dan mimpinya harus segera disudahi ketika si gadis menikah dengan laki-laki lain dan menetap di London. Sedang si perempuan Czech adalah perempuan yang sudah menikah dan memiliki seorang putri yang masih balita. Suaminya adalah seseorang yang sebenarnya tidak ia cintai. Dia patah hati karena sang suami meninggalkannya dengan pulang ke negara asal mereka.

Romantisme antara si laki-laki dan si perempuan itu ditampilkan melalui betapa "click" nya mereka ketika berduet, sikap saling mendukung dan menerima masing-masing mereka apa adanya. Satu kecupan yang didaratkan di pipi si perempuan oleh si laki-laki, ketika si perempuan tak mampu menyanyi dan memainkan piano dan akhirnya menangis, karena teringat dengan suaminya, saya rasa itu adalah ungkapan untuk memperkuat bahwa dia akan selalu mendukungnya dan memang ada rasa yang berbeda untuk si perempuan.

Endingnya sungguh di luar dugaan. Si pria pergi ke London untuk mewujudkan impiannya menjadi musisi. Sebelum dia pergi, si laki-laki menghadiahi si perempuan sebuah piano impiannya. Si perempuan akhirnya pun berbahagia dengan sang suami yang akhirnya kembali padanya dan puteri mereka.
Once memang film ber-genre romantis yang hebat. Menempati tempat kedua setelah Pride and Prejudice *grin* Memang seharusnya sebuah romansa tidak melulu harus direfleksikan dengan adegan "fisik". Tidak melulu berakhir dengan hidup bersama selamanya. Cinta yang digambarkan antara keduanya adalah cinta platonis. Cinta yang tidak mengharpkan balasan atau pamrih. Pepatah "cinta bukan berarti harus memiliki" memang dibuktikan dalam film ini.
I don't know you
But I want you
All the more for that
Words fall through me
And always fool me
And I can't react
And games that never amount
To more than they're meant
Will play themselves out
-Falling Slowly




Sunday, March 1, 2009

Escape From Huang Shi

Still, I don't have so much things to say besides to tell you that I just watched an awesome movie ever. Ok, ok.. I know I'm late since the movie was released on July 2008 in Indonesia, but I don't care hehehe...

I always love a based on true story movie such as Valkyrie and Defiance. Another one which I just watched in a DVD was Escape From Huang Shi.

The story told about the young English journalist named George Hogg who came to Nanking, China, during ongoing Second Sino-Japanese war in 1944. Accompanied by an Australian nurse, Lee Pearson, he saved the sixty orphaned boys by leaded them on a journey of almost a thousand perilous miles across the snow-bound Liu Pan Shan mountains to Shandan.

For those who haven't seen this movie, I really recommend you to watch it :)

The 1st Entry

Salaam...
So, this is the first entry on very early March! Well, I don't have so much things to say except heve a nice weekend and hope each page on March gives you happiness, amiin...