Sunday, June 28, 2009

Someday We'll Know

Someday we'll know

Ninety miles outside Chicago
Can't stop driving
I don't know why
So many questions
I need an answer
Two years and later
You're still on my mind

Whatever happened to Amelia Earhart?
Who holds the stars up in the sky?
Is true love just once in a lifetime?
Did the captain of the Titanic cry?
Ohhh.....

Someday we'll know
If love can move a mountain
Someday we'll know
Why the sky is blue
Someday we'll know
Why I wasn't meant for you

Does anybody know the way to Atlantis?
Or what the wind says when she cries?
I'm speeding by the place that I met you
For the ninety-seventh time tonight

Someday we'll know
If love can move a mountain
Someday we'll know
Why the sky is blue
Someday we'll know
Why I wasn't meant for you

Yeah, yeah, yeah, yeah

Someday we'll know
Why Samson loved Delilah
One day I'll go
Dancing on the moon
Someday you'll know
That I'm not the one for you

I bought a ticket to the end of the rainbow
Watched the stars crash in the sea
If I could ask God just one question (one question...question)
Why aren't you here with me tonight?

Someday we'll know
If love can move a mountain
Someday we'll know
Why the sky is blue
Someday we'll know
Why I wasn't meant for you

Yeah, yeah, yeah, yeah

Someday we'll know
Why Samson loved Delilah
One day I'll go
Dancing on the moon
Someday you'll know
That I'm not the one for you

Thursday, June 25, 2009

Penggalan Cerita Lalu

Thara menunduk
jari-jemari tangannya saling bertaut
dalam sepi hatinya berteriak mengobarkan semangat..
tapi sayangnya,
Thara terlalu takut menatap dunia

sayup-sayup Thara mendengar suara Nenek
suara tua dari masa dirinya masih kanak-kanak
masa ketika Nenek selalu membacakan cerita sebelum tidur untuknya
suara yang hangat dan cerita yang seperti nyata

dalam mendung hatinya
suara tua dari masa lalu itu mendendangkan penggalan kisah dari salah satu cerita

dalam mimpi terkadang aku berjalan di rumah gelap yang tidak kukenal. Rumah yang asing, muram, dan mengerikan. Kamar-kamar gelap mengelilingiku hingga aku tak bisa bernapas lagi...*



*Astrid Lindren, Mio Anakku

Menghadapi Segalanya

Hidup adalah pilihan. Kalimat klise yang sudah sering didengar bahkan diucapkan sendiri oleh Aysha. Tanpa disadari selama 25 tahun gadis itu hidup di dunia ini, setiap detiknya tak pernah lepas dari memilih. Semakin usia beranjak, pilihan-pilihan itu semakin dia sadari dan jelas warnanya.

Pilihan yang harus ia jatuhkan keputusannya adalah berkenaan dengan kehidupan romansanya. Hal yang tak pernah ia kira serumit ini. Aysha mencintai keduanya. Keduanya baik dengan keunikannya masing-masing. InsyaAllah tak pernah Aysha membanding-bandingan kedua pangeran yang sama sekali bertolak belakang itu. Yang pertama, yang ia panggil dengan sebutan Tuan, telah berandang ke dalam hatinya jauh sebelum ia mengenal yang kedua, yang dia panggil dengan sebutan Kakak.

Aysha sadari pangkan permasalahannya. Sesuatu yang membuat hal ini menjadi rumit. Aysha sendiri. Ya. Dirinya lah yang membuat segalanya menjadi rumit.


Aysha beradu argumen dengan Tuan yang sangat menyayanginya dan mencintainya. Yang selama ini selalu mengkhawatirkan Aysha dan mengajarinya bagaimana bisa survive menghadapi dunia. Tuan yang Aysha hormati dan cintai dengan sepenuh hati. Argumen itu adalah argumen terhebat yang pernah mereka lakukan. Aysha tidak bisa menerima penjelasan yang diberikan oleh Tuan. Sampai akhirnya kata putus itu meluncur mulus dari bibir mungil Aysha.

Tuan mencegah tapi hati Aysha sepertinya beku.

Sampai akhirnya Kakak menyelinap ke dalam hatinya dan Aysha membiarkan ia mencurinya.

Tuan datang. Seperti biasa dengan ekspresi dingin yang sangat Aysha kenal. Yang (sesungguhnya) selalu Aysha rindukan. Dia tidak meminta Aysha untuk kembali karena Tuan memang tidak pernah merasa putus dengan Aysha.

"Kamu akan selalu ada di sini.." Tuan menunjuk dadanya, "dan aku akan selalu ada di dekatmu, walaupun kenyataan berbicara kalau kita tidak ditakdirkan bersama"

"I just want to live my life to the fullest. And to be with you, I'll reach that fullest life" uajr Aysha sambil terisak.

Dia memang masih mencintai Tuan. Selalu. Tapi bayangan Kakak berkelebat di dalam otaknya. Kakak yang selalu berbisik di telinganya bahwa dia tidak mau meninggalkan Aysha... dan tak mau ditinggalkan. Kakak yang telah menyerahkan hatinya untuk Aysha.

Aysha menahan bulir-bulir air mata itu untuk jatuh. Dia membuang muka ke kiri sehingga ia dapat menikmati rintik hujan dari balik jendela besar The Coffe Shop. Fikirannya mengawang entah kemana. Ingin ia sudahi saja tanpa memilih. Tapi ia tahu, ia tak cukup kuat untuk melangkah.

Tetapi bagaimanapun Aysha tak kan berlari menghindar dan bersembunyi. Ia akan tetap menghadapi segalanya.

"You aren't made to be a fragile one" begitu yang selalu diucapkan oleh Tuan.

Sunday, June 14, 2009

Siapa Mau?

Wah, saya mau numpang promosi barang dagangan saya lewat blog ah, hehehe...

Siapa mau kerudung peris??? Cuma Rp 33.000,- saja. Lihat-lihat dulu contoh warna dan gambar kerudungnya. Bahannya adem kok dan gak menerawang banged :)








Siapa tau ada yang berminat, kasih tau saya via e-mail yaa: resti.lalu@live.com

terimakasih :)


Sunday, June 7, 2009

Pengalaman dan Teguran

Sore itu, Jj, adik semata wayang saya, menjemput saya di kantor. Sebelumnya dia memang SMS saya, menanyakan saya lembur atau tidak. Dia mengingankan saya untuk mengantarnya ke Gramedia untuk mencari buku referensi yang dia butuhkan untuk tugas akhirnya. Saya meng-iya kan permintaannya. Saya berfikir saya buruh refreshing juga. Di satu sisi, saya merasa worry juga karena pastinya akan tergoda dengan buku-buku di sana. Takut tergoda untuk membeli buku lagi. The Known World nya Edward P. Jones yang saya beli di Kedai Kopi Telapak saja belum tuntas saya baca.

Buku memang salah satu godaan terbesar saya *grin* Tapi saya memantapkan hati untuk tidak tergoda.

Kurang lebih jam lima saya keluar kantor dan melihat Jj memarkirkan mobilnya tepat di depan kantor. Kami pun langsung meluncur dari Kedunghalang ke Gramedia Botani Square di Pajajaran. Sesampainya di Gramed, saya dan Jj berpencar. Dia ke section buku-buku manajerial sedangkan saya ke section novel yang berada di belakang. Asli saya hanya berniat untuk melihat-lihat saja. Setiap kali saya menyadari kadar iman saya meluntur, saya teringat dengan novel dengan ketebalan 653 halaman di rumah yang baru saya baca sampai halaman 27, ketika Priscilla mengamati Moses ketika suaminya itu perlahan-lahan terlelap, den begitu Moses tertidur, ia mengangkat tangan suaminya. Dia bawa tangan itu ke wajahnya dan tercium olehnya semua dunia luar yang dibawa masuk Moses. Lalu Priscilla sendiri mencoba untuk tidur*.

Tapi ternyata saya tidak cukup kuat untuk menahan keinginan untuk tidak membeli tiga buah buku yang benar-benar menggoda saya untuk membawa mereka pulang dan menjadikan mereka milik saya. Mereka adalah Muhammad Sang Kekasih nya Ahmad Rofi' Usmani, Tintenherz nya Cornelia Funke, dan edisi terbaru Ketika Cinta Bertasbih nya Habiburrahman El Shirazy.

Jj hanya mengrenyikan dahinya ketika melihat saya membawa ketiga buku berukuran tebal itu ke kasir. Saya hanya tersenyum simpul. Ketika si mba kasir menyebutkan sejumlah rupiah yang harus saya bayarkan untuk membawa buku-buku tersebut pulang, saya mengeluarkan jaru debet dari dompet saya.
Pertama, mba kasir itu menggesek kartu debet saya di EDC nya Mandiri. Hasilnya kartu saya declined. Lalu dia mencoba menggesek kartu berwarna hijau tersebut di EDC nya BCA. Dan.. tadaaa... hasilnya pun sama. It was DECLINED!.

Wah, ada apa ini? Tidak mungkin saya membayar cash, mengingat di dompet hanya ada selembar uang 50.000 dan dua lembar 20.000. Sedangkan saya harus membayar sekitar 270ribu-an untuk ketiga buku tersebut.

Waaa... saya panik! Malu-maluin aja deh! Akhirnya saya izin ke kasir untuk ke ATM sebentar sementara saya menyuruh Jj menunggu. Selagi berjalan ke ATM, saya sempat worry juga, gimana kalau ATM nya sedang rusak karena gangguan jaringan. Hwaaa..... fikiran saya melanglang ke mana-mana. Alhamdulillah ternyata ATMnya baik-baik saja sehingga saya bisa mengambil uang untuk membayar buku-buku tersebut.

Dalam perjalanan pulang ke rumah, saya tersadar bahwa kejadian tadi adalah teguran dari Allah. Bagaimana tidak, selama satu bulan ini saya sudaj banyak mengeluarkan rupiah untuk berbelanja online maupun offline. Betapa saya sudah hidup berlebih-lebihan dan menghabiskan uang di tabungan saya untuk hal-hal yang sebenarnya tidak saya butuhkan. Saya mengiyakan apa kata nafsu saya. Padahal nafsu itu adalah bisikan syaitan.

Kenapa saya tidak puas dan tidak mensyukuri dengan apa yang sudah saya punya. Buku contohnya. Belum habis satu buku saya baca tetapi saya sudah membeli tiga buku lainnya. Lalu tas. Dalam sebulan saya membeli empat buah tas! Padahal tas-tas saya masih banyak dan layak pakai.

Saya beneran payah, deh... :(

"Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudar-saudara setan"
(QS. al-Isra' [17]:27)
Naudzubillah....



*The Known World, page 27





Saturday, June 6, 2009

Ku Akan Jaga Mereka Selamanya

 
my very best friends ever, insyaAllah :)