Tuesday, February 2, 2010

Ruang Imajinasi: Peri Kecil Itu Kembali!

"Anne," kata Davy, "di mana sih, tidur?"

Anne sedang berlutut di jendela loteng barat untuk mengamati matahari terbenam yang mirip bunga raksasa dengan kelopak-kelopak bunga krokus dengan bagian tengahnya berwarna kuning kemerahan. Dia memalingkan muka ketika mendengar pertanyaan Davy dan menjawab sambil menerawang.

"Di atas gunung-gunung di bulan, di bawah lembah-lembah bayangan."

Paul Irving pasti mengerti perkataannya, atau membuat suatu pengertiannya sendiri. Namun, Davy yang praktis, yang sering kali Anne sadari dengan pedih, sma sekali tidak memiliki sedikitpun imajinasi, malah bingung dan sebal.
Lucy M. Montgomery - Anne of Avonlea


hitam
gelap
kelam
berusaha untuk terlelap
tapi mata ini tetap terjaga 
ketika kudapati di langit sana berkerlap-kerlip sebuah tanda
ternyata itu si peri kecil!
memanggil dan terus memanggil
dengan apa ku membalas?
ketika yang kupunya hanya seberkas cahaya lilin

Sedari dulu saya selalu beranggapan bahwa bintang yang paling bersinar dipagi buta itu adalah si peri kecil sedang berusaha untuk berbicara pada saya melalui kerlap-kerlip senternya. Payahnya, saya tidak bisa morse. Kalaupun saya belajar, saya khawatir dia dan saya memiliki morse dengan arti yang berbeda. Selama ini saya hanya mampu menatap saja dan saya rasa si peri kecil cukup puas dengan itu.

Pagi tadi setengah jam sebelum azan Subuh, si peri kecil menyapa, ketika saya menyibak tirai jendela. Gelap sekitar karena mati lampu tidak lagi membuat saya takut karena ternyaya si peri kecil ada untuk menerangi saya :) 

Seperti biasa, hal-hal yang membuat hati senang adalah hal-hal kecil yang mungkin biasa-biasa saja. Kenapa kita tidak mempergunakan ruang imajinasi kita yang selalu kita anggap tidak ada? 


http://ceritatea.blogspot.com