Thursday, January 14, 2010

Dan Pada Akhirnya...

17th November
Dear Daddy-Long-Legs

Such a blight has fallen over my literary career. I don't know whether to tell you or not, but I would like some sympathy--silent sympathy, please; don't re-open the wound by referring to it in your next letter.

I've been writing a book, all last winter in the evenings, and all the summer when I wasn't teaching Latin to my two stupid children. I just finished it before college opened and sent it to a publisher.He kept it two months, and I was certain he was going to take it; but yesterday morning an express parcel came (thirty cents due) and there it was back again with a letter from the publisher, a very nice, fatherly-letter--but frank! He said he saw from the address that I was still at college, and if I would accept some advice, he would suggest that I pull all of my energy into my lessons and wait until I graduated before beginning to write. He enclosed his reader's opinion. Here it is:

'Plot highly improbable. Characterization exaggerated. Conversation unnatural. A good deal of humor but not always in the best of taste. Tell her to keep on trying, and in time she may produce a real book'

Not on the whole flattering, is it, Daddy? And I thought I was making a notable addition to American literature.I did truly. I was planning to surprise you by writing a great novel before I graduated. I collected the material for it when I was at Julia's last Christmas. But I dare say the editor is right. Probably two weeks was not enough in which to observe the manners and customs of a great city.

I took it walking with me yesterday afternoon, and when I came to a gas house, I want in and asked the engineer if I might borrow his furnace. He politely opened the door, and with my own hands I chucked it in. I felt as though I had cremated my only child!

I went to bed last night utterly dejected; I thought I was never going to amount anything, and that you had thrown away your money for nothing. But what do you think? I woke up this morning with a beautiful new plot in my head, and I've been going to about all day planning my characters, just as happy as I could be. No one can ever accuse me of being pessimistic! If I had a husband and twelve children swallowed by an earthquake one day, I'd bob up smilingly the next morning and commence to look for another set.

Affectionately,
Judy

***

Memang tidak salah ketika malam itu saya memilih untuk membeli Daddy-Long-Legs nya Jean Webster. Niatnya hanya akan membeli empat seri Anne of Green Gables untuk melengkapi seri yang pertama (mudah-mudahan Mama gak baca post saya ini.. kalau ketahuan saya lebih milih beli buku daripada makan, bisa-bisa... *hiiyy*) Wah, saya benar-benar pecinta pesta! Pesta buku! Apalagi yang bisa saya harapkan ketika "patah hati" melanda dan mewarnai malam-malam saya dengan kegelisahan dan penyesalan.




Tapi Jerusha "Judy" Abbot memang benar-benar hebat. Dia menginspirasi saya; cerita-ceritanya, perasaan-perasaannya, pendapat-pendapatnya, sudut pandangnya, dan... surat-suratnya kepada Daddy-Long-Legs yang tidak lain adalah Mr. Jervie Pendleton, sosok yang selama ini dia sukai.

Well, kesampingkan dulu romansa sederhana tapi manis dan penuh kejutan antara Judy Abbot dan Master-Jervie-Daddy-Long-Legs-Pendleton-Smith, karena yang membuat saya senang adalah sebuah plot baru tiba-tiba saja datang ketika saya membaca surat Judy untuk Daddy-Long-Legs ketika naskahnya ditolak.

What a life!

Rayyan, Raissa, Zikra... saya gak kan pernah ninggalin kalian. Walau sudah tak terhitung jumlahnya ketika saya merasa putus asa dan ingin berhenti, tapi saya tidak akan pernah benar-benar akan putus asa dan berhenti.

Semangad!!!

xoxo

Tuesday, January 12, 2010

Tentang Kehilangan (lagi)

"Sialnya, novelku terengah-engah, terbatuk-batuk, lalu mati. Temanya sudah bagus, kalimat-kalimatnya juga. Tokoh-tokohnya begitu hidup dan sehat, sampai seperti manusia sungguhan yang perlu akta lahir. Kau sudah melakukan riset, mengumpulkan fakta-fakta. Dialognya lancar penuh ketegangan. Pokoknya hasilnya pasti hebat. Tapi ternyata kenyataannya beda. Meski bukumu kelihatannya jelas-jelas menjanjikan, pada titik tertentu kau menyadari bahwa bisikan yang selama ini menghantuimu jauh di dasar pikiranmu ternyata benar: novelmu tidak bakal jalan."
Catatan Yann Martel dalam novel Life of Pi



credit goes to naveen


Sama sekali gak bisa bohong mengenai perasaan saya ketika Rayyan, Raissa, dan Zikra berdiri membelakangi saya untuk entah yang keberapa kalinya. Setelah berkali-kali mengalami perubahan dan alur. Ketika di satu titik saya merasa semuanya sudah pas, sudah sempura, sudah memenuhi segalanya, ternyata ada suatu hal yang membuat semua elemen yang saya bangun itu tidak memercikkan cahayanya.

Perasaan saya mungkin sama seperti Yann Martel ketika bangkit lagi untuk menulis novel berikutnya setelah kegagalan novel pertamanya di pasaran.

Apa itu kosong?


perasaan yang lebih menyengsarakan daripada jeda
kehilangan...
seperti ketika malam meraja
tetapi hanya hitam tak bernyawa

Dari tadi, tak henti-hentinya saya memutar Hold Me Now nya Renee Olstead. Bisa dibilang soundtrack kehilangan saya kali ini. Sebenarnya bukan kehilangan karena mengenai proyek pribadi saya ini saya gak kan pernah nyerah. Walau sedih banget karena saya merasa banyak waktu yang terbuang. Bukan, bukan... bukan waktu yang terbuang. Proses. Pasti ada jalannya.

Ya ampuun... rasanya sama seperti patah hati!

Hold me like we'll love forever
Hold me now
I can't believe we 're making our last memories
It's not enough
Just hold me now...
Hold Me Now-Renee Olstead


http://ceritatea.blogspot.com